Sabtu, 07 Februari 2015

Irish Tradition

"Candle In The Window" 

This is one of the most well observed of Irish Christmas traditions , one of them is a placing lit candles in window. Irish people still doing it until now. Placing lit candles in windows arises from the British persecution against the Catholic Church in Ireland. Since the time King Henry II invaded Ireland, persecution against the Irish has existed. The British were Protestant and the Irish people were Catholic, therefore to totally subjugate the Irish people, the British had to crush their religion and that meant crushing the Catholic Church.
Besides it appears the penal laws which were designed to eradicate Catholicism. Catholics were forbidden to practice the faith, attend Mass, receive a Catholic education, live in a corporate town, purchase or lease land, and hold arms for protection. Punishments for violations included fines, imprisonment, exile and even death.
Despite this persecution, the Catholic faith kept the Irish strong. Bishops and priests continued to minister to the people, schoolmasters continued to teach the children, not just regular studies, but the faith and Irish heritage. The Irish people held true to their faith and culture.
With this history, we find the use of candles in windows. During Christmas, every faithful Irish Catholic family hoped to have a priest visit their home so that they could receive the sacraments and in return offer him hospitality. So they would leave their doors unlocked and place candles in the windows to signal a priest that he was welcome and would be safe. Sometimes, a single candle would appear in several windows, or three candles in one window, one each representing Jesus, Mary and Joseph.
Of course the British persecutors became suspicious and asked purpose of their action. The Catholics Irish  people explain to them that their door unlocked and candles burn in their windows at Christmas, so Mother Mary, Joseph, and Baby Jesus will find their homes and be welcomed with open hearts.The British assume it is silly popery. Silly popery it's mean a stupid think of Catholics Irish people.
After a long time, the Irish people kept did it and now it has become a tradition that they believe in Christmas time. That's how Irish people celebrate a Christmas, open their hearts and homes to Jesus.

Pembuatan Abon Ikan

    Judul    : Pembuatan Abon Ikan Gabus

    Tema    : Teknik Pengawetan Makanan

 Standar Bahan Baku

1.      Standar Warna
Lubis (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20030/4/Chapter %20II.pdf, diunduh pada 18 September 2014, pukul 14.45 WIB) menyatakan, warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan karena merupakan rangsangan pertama pada indera mata. Warna makanan yang menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa dan ketertarikan konsumen pada makanan.
Warna yang diinginkan dalam pembuatan abon ikan gabus ini adalah coklat keemasan. Warna coklat keemasan timbul dari pengaruh kunyit, gula merah maupun akibat reaksi maillard yang timbul saat penggorengan.

2.      Standar Rasa
Lubis (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20030/4/Chapter %20II.pdf, diunduh pada 18 September 2014, pukul 14.53 WIB) menyatakan, rasa suatu makanan merupakan faktor yang turut menentukan daya terima konsumen. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.
Rasa yang diharapkan pada abon ikan ini ialah adanya rasa gurih, rasa khas ikan gabus yang digunakan dalam pembuatan abon ini dan rasa yang ditimbulkan akibat dari pencampuran dengan bumbu-bumbu lainnya.

3.      Standar Aroma
Lubis (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20030/4/Chapter %20II.pdf, diunduh pada 18 September 2014, pukul 15.14 WIB) menyatakan,
“Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera. Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah menguap itu dapat sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat juga terbentuk tanpa bantuan reaksi enzim.”
Aroma dari abon ikan ini ialah beraroma khas bumbu serta ikan gabus yang digunakan pada pembuatan abon. Aroma dari abon dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya ialah bahan utama pembuatannya yaitu ikan. Kualitas ikan yang digunakan akan mempengaruhi kualitas pada abon. Jika kualitas ikan baik yang berarti aroma/bau dari ikan tidak busuk maka aroma dari abon pun tidak akan berbau busuk.

4.      Standar Tekstur
Mustar (http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4663/ MUSTAR.pdf?sequence=1, diunduh pada 18 September 2014, pukul 15.35 WIB) menyatakan, tekstur yang diperhatikan pada makanan ialah lunak dan renyahnya makanan. Ciri yang paling sering diperhatikan adalah kekerasan, kekohesifan, dan kandungan air. Yang dimaksud dengan tekstur adalah kehalusan suatu irisan saat disentuh dengan jari.
Abon ikan memiliki tekstur yang lembut(tidak kasar) dan berserat daging dari ikan. Tekstur yang kasar dan tidak berserat biasanya disebabkan oleh bumbu-bumbu yang menempel pada daging ikan pada saat diolah dan tekstur yang lembek pada abon biasanya disebabkan karena abon masih memiliki kandungan air bebas atau memiliki RH(kelembaban) yang tinggi akibat abon disimpan diruang yang lembab.

IV.             Standar Proses

1.      Alat


a.         Kompor
b.        Spatula
c.         Wajan
d.        Mangkok
e.         Baskom
f.         Piring
g.        Sendok
h.        Garpu
i.          Gas
j.          Pisau
k.        Serbet
l.          Talenan



2.      Bahan



Bahan membuat abon :
a.       Daging ikan gabus
Bahan utama dalam pembuatan abon ikan ini ialah daging ikan yang telah dibersihkan dan dipidahkan dari duri ikannya. Digunakan sebanyak 350 gram daging ikan gabus dalam pembuatan abon ikan gabus ini.

b.      Santan kelapa
Santan yang digunakan dalam pembuatan abon ikan gabus ini sebanyak 200ml. Santan kelapa yang digunakan juga adalah santan peras(asli) dari kelapa, bukanlah santan instan dalam kemasan. Tujuannya agar rasa dan tekstur yang dihasilkan dapat lebih baik dan segar. Almubarok  (http://loetfie.blogspot.com/2009/12/abon-sapi.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.02 WIB) menyatakan, peran santan sangat penting baik sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa , flavour dan perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan. Santan dengan suhu yang tinggi akan menyebabkan santan bersifat volatil dan menimbulkan bau yang enak.
c.       Minyak goreng
Dalam proses penggorengan abon ikan ini digunakan minyak secukupnya. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.13 WIB) menyatakan,
“Minyak goreng berfungsi untuk memperbaiki tekstur fisik bahan pangan dan sebagai penghantar panas sehingga proses pemanasan menjadi lebih efisien dibanding proses pemanggangan dan perebusan. Proses penggorengan juga dapat meningkatkan cita rasa, kandungan gizi dan daya awet serta menambah nilai kalori bahan pangan.”

d.      Gula merah
Dalam pembuatan abon ikan gabus ini digunakan gula merah secukupnya.  Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.19 WIB) menyatakan, fungsi penggunanaan gula adalah sebagai bahan pemanis dan juga sebagai pemberi warna karamel (kecoklatan). Gula mempunyai rasa yang manis dan sedikit asam yang disebabkan oleh kandungan asam-asam organik didalamnya.

e.       Daun salam
Digunakan 3 lembar daun salam dalam proses pembuatan abon ikan gabus ini. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.24 WIB) menyatakan, daun salam digunakan sebagai rempah pengharum masakan karena aroma yang dihasilkan oleh komponen volatil yang dikandungnya. Rempah ini memberikan aroma herbal yang khas namun tidak keras.

f.       Kunyit
Dalam proses pembuatan abon ikan gabus ini ditambahkan kunyit kira-kira satu ruas jari atau ±1cm. Ulfah  (http://adelaidearsenal.blogspot.com/ 2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.30 WIB) menyatakan, fungsi penambahan kunyit dalam pembuatan abon ikan yaitu selain sebagai bumbu dan pewarna juga sebagai antioksidan alami.

g.      Garam
Garam yang digunakan dalam pembuatan abon ikan gabus ini secukupnya dan garam yang digunakan adalah garam halus. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.35 WIB) menyatakan, dalam bahan pangan ditambahkan garam sebagai penegas cita rasa dan berfungsi sebagai pengawet. Garam sebagai bahan pengawet karena kemampuannya untuk menarik air keluar dari jaringan

 Bahan bumbu :
a.       Kemiri
          Kemiri digunakan 3 buah dalam pembuatan bumbu untuk abon ikan ini. Kemiri merupakan bumbu dapur yang sering digunakan dalam memasak. Kemiri berfungsi menambahkan rasa gemuk dalam masakan/makanan.


b.      Ketumbar
Almubarok (http://loetfie.blogspot.com/2009/12/abon-sapi.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.39 WIB) menyatakan, ketumbar adalah rempah ` kering berbentuk bulat dan berwarna kuning kecoklatan, memiliki rasa gurih dan manis, berbau harum, dan dapat membangkitkan kesan sedap dimulut. Ketumbar mempunyai aroma rempah – rempah dan terasa pedas.
Ketumbar yang digunakan dalam pembuatan abon ikan ini sebanyak satu sendok makan. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/ 2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.43 WIB) menyatakan, manfaat ketumbar adalah untuk menghilangkan bau anyir, menimbulkan bau sedap, menimbulkan rasa pedas yang gurih dan menyedapkan makanan.
c.       Cabai rawit dan cabai merah
Ditambahkan cabai rawit dalam bumbu untuk abon ikan gabus ini sebanyak 3 buah dan cabai merah sebanyak 1 buah. Penambahan cabai ini bertujuan agar abon yang dibuat mempunyai rasa pedas.

d.      Bawang putih
          Dalam pembuatan abon ikan gabus ini digunakan bawang putih sebanyak 3 siung bawang putih. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/ 2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.55 WIB) menyatakan, bawang putih ialah bahan alami yang ditambahkan ke dalam bahan makanan sehingga diperoleh aroma khas guna meningkatkan selera makan. Bawang putih memiliki zat kimia salah satunya berupa allicin yang berperan memberi aroma bawang putih dan bersifat antibakteri.

e.       Bawang merah


Dalam pembuatan abon ikan gabus ini digunakan bawang putih sebanyak 4 siung bawang merah. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/ jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 20.08 WIB) menyatakan, bawang merah berfungsi sebagai bahan pengawet makanan dan aromanya kuat. Karakteristik bau dari bawang merah dipengaruhi oleh kandungan minyak volatil yang sebagian besar terdiri dari komponen sulfur.
Bahan hiasan :
a.       1 buah tomat
b.      1 buah timun
c.       Daun seledri

3.      Metode Kerja
1.      Bersihkan daging ikan gabus dan pisahkan daging ikan dari tulang/duri, kemudian cuci hingga bersih.
2.      Potong kecil daging ikan gabus atau disuir dengan menggunakan sendok.
3.      Panaskan air dalam panci.
4.      Masukan daging ikan gabus lalu rebus selama 20-30 menit hingga matang dan empuk.
5.      Pres atau tiriskan daging ikan gabus yang sudah matang.
6.      Tumbuk atau haluskan perlahan daging ikan gabus yang sudah ditiriskan dengan menggunakan sendok.
7.      Setelah daging ikan telah halus, daging dapat langsung digunakan atau dapat disimpan dahulu dalam lemari es.
8.      Campurkan bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, cabai merah, cabai rawit dan garam lalu blender/giling hingga halus dan tercampur rata.
9.      Setelah daging ikan dan bumbu untuk abon siap, siapkan bahan lainnya juga seperti gula merah, santan, daun salam, kunyit serta minyak.
10.  Panaskan minyak secukupnya lalu tumis bumbu abon yang telah dibuat sebelumnya.
11.  Aduk campuran bumbu tersebut hingga mendidih.
12.  Masukan santan kelapa dan aduk bersama dengan bumbu hingga mendidih.
13.  Masukan gula merah, lalu kunyit ke dalam campuran bumbu dan santan yang telah dimasak dan aduk rata.
14.  Masukan daging ikan gabus yang telah dihaluskan sebelumnya, lalu aduk terus  menerus hingga daging ikan gabus tercampur dengan bumbu.
15.  Goreng abon dengan api kecil sambil diaduk hingga tekstur abon kering, lembut, dan berserat daging ikan.
16.  Abon yang sudah masak, siap dihidangkan dengan makanan lain salah satunya seperti nasi. Abon dihidangkan di atas piring saji yang dapat dihias dengan tomat, timun, dan daun seledri.

4.      Penentuan Standar Proses
                                                                                     
a.       Penyiangan/Pembersihan Ikan
Ikan gabus dibersihkan dengan cara membuang isi perutnya, dipisahkan dari tulangnya, lalu dicuci dengan air bersih dan dengan air mengalir. Suhirman (http://suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/07/ pengolahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada 18 September 2014, pukul 20.24 WIB) menyatakan, dalam proses pencucian, harus dilakukan dalam keadaan air mengalir dan tidak boleh dalam keadaan air yang tergenang agar kotoran tidak kembali kepada bahan.

b.      Perebusan
Sebelum proses perebusan, ikan dipotong atau disuir dagingnya dengan menggunakan sendok lalu direbus dengan air bersih secukupnya. Suhirman (http://suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/07/ pengolahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada 18 September 2014, pukul 20.29 WIB) menyatakan, syarat fisik air yang berkualitas adalah jernih atau tidak keruh, tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, tidak mengandung zat padatan.
Suhirman (http://suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/07/peng olahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada 18 September 2014, pukul 20.32 WIB) menyatakan, perebusan ini dilakukan dengan tujuan agar daging ikan matang dan bakteri yang ada pada daging ikan akan mati dan aman untuk dikonsumsi.

c.       Pemberian Bumbu
Bumbu yang telah dicampurkan dan dihaluskan sebelumnya ditumis dengan minyak secukupnya sampai mendidih dan mengeluarkan bau harum dari bumbu-bumbu, lalu kemudian dicampurkan dengan santan, gula merah dan kunyit. Semua bumbu abon dimasak bersamaan hingga mendidih lalu daging ikan dimasukan kedalam bumbu.
Tujuan dari pemberian bumbu ini yaitu agar abon yang dibuat mempunyai rasa, warna, tekstur dan aroma yang diharapkan.

d.      Penggorengan Abon
Abon yang telah di campurkan dengan bumbu lainnya sebelumnya, diaduk terus menerus hingga tekstur abon kering, berserat daging, lembut dan bumbu yang telah dicampurkan dapat meresap pada daging ikan.

V.                Analisa Proses

Pengolahan daging ikan menjadi abon merupakan salah satu cara pengawetan pada daging ikan tersebut agar masa simpan dan kualitas dari daging ikan menjadi semakin lama. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 19 September 2014, pukul 18.28 WIB) menyatakan, abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau, ikan laut) yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya. Kemudian ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng.
Dalam pembuatan abon ikan gabus ini, pertama-tama ikan yang telah dibeli dibersihkan dari kotoran. Masyamsir (http://www.academia.edu/6262476/ Sortasi_grading_dan_membersihkan_hasil_perikanan, diunduh pada 19 September 2014, pukul 18.43 WIB) menyatakan,
“Pembersihan hasil perikanan bertujuan menghilangkan sebagian besar mikroba yang yang terdapat pada tubuh ikan. Pembersihan dilakukan dari sisik, insang dan isi perut yang harus dibersihkan terlebih dahulu baru dilakukan pembelahan sepanjang garis punggung ke arah perut (tetapi jangan sampai terbelah dua) agar dagingnya tidak terlalu tebal. Isi perut dikeluarkan dengan cara menarik insang secara perlahan-lahan hingga seluruh isi perut dapat ditarik melalui rongga insang.”
Selain itu, ikan juga dipisahkan daging dan tulangnya. Tujuannya agar pada saat diolah, abon yang dihasilkan dapat bertekstur lembut dan nyaman pada saat dimakan. Pada saat pencucian ikan juga dicuci dengan air yang mengalir. Suhirman (http:// suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/07/pengolahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada 19 September 2014, pukul 18.48 WIB) menyatakan, dalam proses pencucian, harus dilakukan dalam keadaan air mengalir dan tidak boleh dalam keadaan air yang tergenang agar kotoran tidak kembali kepada bahan.
Setelah proses pembersihan selesai, ikan disuir dagingnya dengan mengunakan sendok makan. Daging ikan disuir hingga berukuran kecil. Kemudian daging direbus dalam air mendidih, kira-kira selama 8-10 menit. Suhirman (http://suhirman tphpi.files.wordpress.com/2012/07/pengolahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada 19 September 2014, pukul 19.03 WIB) menyatakan, perebusan ini dilakukan dengan tujuan agar daging ikan matang dan bakteri yang ada pada daging ikan akan mati dan aman untuk dikonsumsi.
Daging ikan yang telah direbus dapat ditiriskan. Proses perebuasan menyebabkan tekstur daging ikan menjadi lunak. Daging ikan yang telah direbus dapat dihaluskan lagi dengan menekan-nekan daging menggunakan sendok makan. Tujuannya agar daging ikan menjadi semakin halus dan tekstur daging ikan yang halus dapat berpengaruh pada tekstur abon yang dihasilkan nantinya. Abon ikan umumnya bertekstur lembut dan tidak menggumpal. Tekstur pada makanan menjadi salah satu parameter dari konsumen dalam memilih makanan.
Daging ikan sebagai bahan utama pembuatan abon telah disiapkan. Selanjutnya, bumbu-bumbu yang dipakai dalam pembuatan abon juga dibuat dengan mencampurkan dan menghaluskan semua bahan untuk bumbu seperti bawang putih, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, kemiri dan ketumbar. Bumbu campuran ini kemudian ditumis bersamaan dengan santan, gula merah, dan kunyit. Pemakaian santan bertujuan agar rasa yang dihasilkan gurih dan enak. Sedangkan untuk warna pada abon digunakan kunyit yang akan menghasilkan warna kuning keemasan dan digunakan juga gula merah untuk membuat abon berwarna kecoklatan. Selain bertujuan untuk menghasilkan warna pada abon, gula merah juga berperan dalam rasa abon seperti rasa manis dan sedikit asam yang terdapat dalam gula merah. Untuk aroma pada abon, pada saat campuran bumbu, santan, gula merah dan kunyit ditumis ditambahkan juga daun salam. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/ jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 19 September 2014, pukul 19.29 WIB) menyatakan, daun salam digunakan sebagai rempah pengharum masakan karena aroma yang dihasilkan oleh komponen volatil yang dikandungnya. Rempah ini memberikan aroma herbal yang khas namun tidak keras.
Setelah semua bumbu dicampurkan dan dimasak, kemudian ditambahkan daging ikan ke dalamnya. Tujuan dari pencampuran bumbu dengan daging ikan ini yaitu agar abon yang dibuat mempunyai rasa, warna, tekstur dan aroma dari bumbu-bumbu tersebut.
Proses yang paling penting dalam pembuatan abon ini yaitu pada proses penggorengan. Dalam proses ini abon diaduk terus menerus dengan api kompor yang kecil. Kadar air bebas (Aw) dalam daging ikan dan bumbu lama kelamaan akan berkurang sampai akhirnya abon akan mengering dan bertekstur lembut (tetapi tidak lembek). Suhirman (http:// suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/07/pengolahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada 19 September 2014, pukul 20.24 WIB) menyatakan,
“Daging  ikan yang telah dicampur dengan bumbu kemudian digoreng dengan minyak atau tanpa minyak, sambil selalu diaduk-aduk supaya tidak hangus dan agar diperoleh abon yang kering dan renyah. Penggorengan dihentikan ketika abon telah berwarna kuning kecoklatan. Setelah kering angkat dan tiriskan/dinginkan.”

Abon yang telah jadi menghasilkan rasa yang gurih, rasa khas ikan gabus yang digunakan dalam pembuatan abon ini dan rasa yang ditimbulkan akibat dari pencampuran dengan bumbu-bumbu lainnya. Sedangkan tekstur, didapatkan tekstur yang renyah, lembut, dan tidak bergumpal. Dari sisi warna, warna pada abon ikan gabus ini yaitu coklat keemasan. Warna coklat keemasan timbul dari pengaruh kunyit, gula merah maupun akibat reaksi maillard yang timbul saat penggorengan. Dan yang terakhir aroma dari abon. Aroma yang dihasilkan dari abon ikan ini ialah beraroma khas bumbu serta ikan gabus yang digunakan pada pembuatan abon. Abon yang telah jadi dapat dinikmati dengan dimakan bersama nasi atau dapat dijadikan isi roti dan dapat dimakan dengan cara lain sesuai selera kita.

Bahasa Daerah

 Lunturnya Bahasa Daerah di Indonesia

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dengan bahasa kita dapat mengetahui informasi yang kita butuhkan. Selain itu kita dapat menyampaikan ide dan gagasan kita melalui bahasa. Bahasa muncul dan berkembang karena interaksi antar individu dalam suatu masyarakat. Interaksi ini dapat bersifat verbal atau komunikasi langsung/lisan dan non verbal atau komunikasi dalam bentuk tulisan ataupun simbol-simbol.

Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya dengan suku, ras, agama, dan bahasa. Seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia  dan tersebar di berbagai kepulauan di Indonesia. Hal tersebut membuat Indonesia memiliki bahasa daerah yang beraneka ragam yang membedakan satu daerah dengan daerah lainnya. Contohnya seperti pada daerah Sumatera Barat ada bahasa batak, daerah Sumatera Selatan ada bahasa palembang, daerah Jawa ada bahasa jawa dan masih banyak lagi bahasa daerah yang ada di Indonesia yang masing-masing menjadi ciri khas di setiap daerah tersebut. Bahasa daerah termasuk dalam budaya Indonesia karena seperti yang kita ketahui, masyarakat yang masih mementingkan budaya bangsa menggunakan bahasa daerah ini untuk dijadikan suatu adat atau warisan turun temurun dari para orang tua.

Pada era globalisasi ini mendorong perkembangan bahasa secara cepat. Banyak bahasa yang datang dari luar terutama bahasa Inggris yang turut mempengaruhi perkembangan bahasa di Indonesia. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di dunia internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia.

Perkembangan bahasa Inggris di Indonesia telah menyelimuti bahasa dinegeri kita ini.  Bahasa permersatu kita yaitu bahasa Indonesia dapat dibilang masih “kacau” dalam masyarakat. Terlebih lagi bahasa daerah yang merupakan bahasa tradisonal yang telah menjadi warisan dan ciri khas disetiap daerah di indonesia. Masyarakat Indonesia khususnya generasi muda jarang atau bahkan tidak mengenal atau tidak tahu sama sekali bahasa daerah mereka masing-masing. Anak-anak muda cenderung untuk lebih tertarik dengan hal yang sedang marak-maraknya atau senang mengikuti perkembangan zaman. Seperti yang kita ketahui anak-anak muda zaman sekarang lebih suka belajar bahasa inggris bahkan mereka belajar bahasa korea, jepang, jerman dan lain-lain. Mereka lebih senang dan menikmati belajar bahasa asing ketimbang belajar bahasa di negeri mereka sendiri. Keadaan ini sungguh menyedihkan. Kondisi masyarakat Indonesia khususnya generasi penerus bangsa tidak dapat melestarikan budaya bangsa yaitu bahasa daerah mereka sendiri. Hal ini jika dibiarkan saja dapat mengakibatkan bahasa daerah akan semakin pudar atau bahkan hilang seiring perkembangan zaman.

Dulu bahasa daerah banyak digunakan dalam pertunjukan kesenian-kesenian daerah, upacara-upacara adat, serta dalam pembicaraan sehari-hari di daerah-daerah tertentu. Cerita-cerita rakyat atau cerita pada masa lampau mengenai kehidupan masyarakat daerah dituangkan dalam bentuk kesenian daerah (contohnya seperti wayang) dengan melalui bahasa-bahasa daerah yang telah ada dari para leluhur. Dalam upacara adat pun, bahasa daerah tetap digunakan, seperti pada perayaan atau upacara pernikahan dalam adat suatu daerah. Misalnya upacara pernikahan dalam adat jawa menggunakan bahasa jawa. Tidak hanya bahasa jawa yang dipakai dalam perayaan adat, masih banyak bahasa daerah yang terdapat di Indonesia contohnya seperti bahasa batak, bali, sunda, madura, minangkabau, bugis, aceh, sasak dan masih banyak lagi. Bahasa daerah ini telah hidup dan menyatu dengan masyarakat yang hidup di daerah pedalaman atau kota-kota kecil dan mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti berkomunikasi satu sama lain. Namun beda hal nya dengan masyarakat yang tinggal dikota-kota besar.

Sebagai salah satu contohnya perkembangan pada kota-kota besar ini yaitu seperti pada ibukota negara Indonesia yakni Jakarta telah mengalami kemajuan yang pesat khususnya pada perkembangan bahasanya. Oleh karena pesat kemajuan di daerah Jakarta baik dalam bidang atau hubungan ekonomi, sosial, dan budaya maka kebudayaan dan kesenian daerah Jakarta sudah jarang kita temui terlebih lagi bahasa daerah Jakarta yaitu bahasa Betawi. Bahasa betawi sudah jarang sekali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di daerah Jakarta. Mayoritas penduduk Jakarta menggunakan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional dan yang menggunakan bahasa betawi hanya penduduk Jakarta yang asli dan tinggal di kota-kota kecil yang ada di Jakarta.

Dengan semakin berkembangnya zaman, kondisi kebudayaan Indonesia semakin terpuruk dan tersingkirkan oleh budaya asing yang datang dari luar. Kita terlalu muda terpengaruhi dan tidak kritis dalam memilih budaya-budaya yang berkembang di negara kita ini khusus nya dalam hal bahasa. Kita suka “gengsi” jika dibilang tidak mengikuti perkembangan zaman, tidak keren/gaul dan sebagainya. Kebanyakan para remaja atau generasi muda lebih memilih untuk belajar bahasa asing dari pada bahasa daerahnya sendiri. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya mereka lebih memilih belajar bahasa asing seperti bahasa korea, jepang, jerman dan lain-lain. Kebanyakan para remaja hanya mempelajari sesuatu hanya untuk atau agar terlihat keren. Mereka tidak peduli akan susahnya belajar bahasa asing tersebut, seperti goresan-goresan yang ada pada bahasa korea atau jepang.

Para generasi muda atau remaja suka memandang bahasa daerah sebagai suatu hal yang kuno, “deso” dan tidak penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Padahal seharusnya para generasi muda atau kita inilah yang sudah seharusnya mempelajari bahasa daerah yang ada di negri kita ini,karena kitalah penerus bangsa yang dapat melestarikan bahasa daerah tersebut. Kita diharapkan mau mempelajari dan senang dengan budaya khususnya bahasa kita sendiri. Kita juga diharapkan dapat menyebarkan dan memperluas penggunaan bahasa daerah, dan menggunakan bahasa daerah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya agar bahasa daerah tidak pudar dan tidak tertutupi oleh bahasa asing yang datang dari luar.

Selain peran para remaja, pada saat ini kelestarian, perkembangan, dan pertumbuhan bahasa daerah sangat tergantung juga dari komitmen para leluhur atau pengguna bahasa tersebut untuk setia  dalam mempergunakan bahasanya dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Jika orang tua atau para leluhur di suatu daerah masih berjumlah banyak, dan mereka pun menurunkan bahasa daerah yang dikuasainya kepada anak-anak dan generasi remaja, maka kelestarian bahasa yang bersangkutan akan lebih terjamin dalam jangka panjang. Sebaliknya, jika mereka semakin berkurang dan tidak ada upaya regenerasi kepada generasi muda, maka sangat besar kemungkinan secara perlahan-lahan bahasa daerah akan musnah.


Adanya bahasa asing terutama bahasa Inggris memang penting dalam kehidupan kita. Terlebih lagi karena bahasa Inggris merupakan bahasa pemersatu dalam dunia Internasional. Namun kita juga tidak boleh melupakan bahasa daerah kita sendiri. Kita tidak boleh mempelajari sesuatu hanya karena gengsi atau agar dianggap keren dan mengikuti perkembangan zaman. Kita seharusnya malu dan prihatin terhadap keadaan bahasa daerah di Indonesia ini. Bahasa daerah yang justru menjadi ciri khas malah dilupakan dan diabaikan. Bila kesenian, budaya dan bahasa di negeri kita ini tidak diperdulikan lalu apa yang harus kita banggakan dan yang menjadi pembeda negara kita dengan negara yang lain? Indonesia ialah negara yang dikenal kaya akan kebudayaannya. Banyaknya dan berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah. Maka jangan hilangkan identitas diri kita sebagai masyarakat yang tinggal di salah satu daerah di Indonesia dimana itu adalah tempat asal atau tempat lahir kita.