Judul
: Pembuatan Abon Ikan Gabus
Tema
: Teknik Pengawetan Makanan
Standar
Bahan Baku
1.
Standar
Warna
Lubis (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20030/4/Chapter
%20II.pdf,
diunduh pada 18 September 2014, pukul 14.45 WIB) menyatakan, warna makanan
memegang peranan utama dalam penampilan makanan karena merupakan rangsangan
pertama pada indera mata. Warna makanan yang menarik dan tampak alamiah dapat
meningkatkan cita rasa dan ketertarikan konsumen pada makanan.
Warna yang diinginkan
dalam pembuatan abon ikan gabus ini adalah coklat keemasan. Warna coklat
keemasan timbul dari pengaruh kunyit, gula merah maupun akibat reaksi maillard
yang timbul saat penggorengan.
2.
Standar
Rasa
Lubis (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20030/4/Chapter
%20II.pdf,
diunduh pada 18 September 2014, pukul 14.53 WIB) menyatakan, rasa suatu makanan
merupakan faktor yang turut menentukan daya terima konsumen. Rasa dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi
dengan komponen rasa yang lain.
Rasa yang diharapkan pada abon ikan ini
ialah adanya rasa gurih, rasa khas ikan gabus yang digunakan dalam pembuatan
abon ini dan rasa yang ditimbulkan akibat dari pencampuran dengan bumbu-bumbu
lainnya.
3.
Standar
Aroma
Lubis (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20030/4/Chapter
%20II.pdf,
diunduh pada 18 September 2014, pukul 15.14 WIB) menyatakan,
“Aroma yang disebarkan oleh
makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera
penciuman sehingga membangkitkan selera. Timbulnya aroma makanan disebabkan
oleh terbentuknya senyawa yang mudah menguap itu dapat sebagai akibat atau
reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat juga terbentuk tanpa bantuan reaksi
enzim.”
Aroma
dari abon ikan ini ialah beraroma khas bumbu serta ikan gabus yang digunakan
pada pembuatan abon. Aroma dari abon dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya ialah bahan utama pembuatannya yaitu ikan. Kualitas ikan yang
digunakan akan mempengaruhi kualitas pada abon. Jika kualitas ikan baik yang
berarti aroma/bau dari ikan tidak busuk maka aroma dari abon pun tidak akan
berbau busuk.
4.
Standar
Tekstur
Mustar (http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4663/
MUSTAR.pdf?sequence=1,
diunduh pada 18 September 2014, pukul 15.35 WIB) menyatakan, tekstur yang
diperhatikan pada makanan ialah lunak dan renyahnya makanan. Ciri yang paling sering
diperhatikan adalah kekerasan, kekohesifan, dan kandungan air. Yang dimaksud
dengan tekstur adalah kehalusan suatu irisan saat disentuh dengan jari.
Abon ikan memiliki tekstur yang
lembut(tidak kasar) dan berserat daging dari ikan. Tekstur yang kasar dan tidak
berserat biasanya disebabkan oleh bumbu-bumbu yang menempel pada daging ikan
pada saat diolah dan tekstur yang lembek pada abon biasanya disebabkan karena
abon masih memiliki kandungan air bebas atau memiliki RH(kelembaban) yang
tinggi akibat abon disimpan diruang yang lembab.
IV.
Standar
Proses
1. Alat
a.
Kompor
b.
Spatula
c.
Wajan
d.
Mangkok
e.
Baskom
f.
Piring
g.
Sendok
h.
Garpu
i.
Gas
j.
Pisau
k.
Serbet
l.
Talenan
2.
Bahan
Bahan membuat abon :
a.
Daging
ikan gabus
Bahan utama
dalam pembuatan abon ikan ini ialah daging ikan yang telah dibersihkan dan
dipidahkan dari duri ikannya. Digunakan sebanyak 350 gram daging ikan gabus
dalam pembuatan abon ikan gabus ini.
b.
Santan
kelapa
Santan
yang digunakan dalam pembuatan abon ikan gabus ini sebanyak 200ml. Santan
kelapa yang digunakan juga adalah santan peras(asli) dari kelapa, bukanlah
santan instan dalam kemasan. Tujuannya agar rasa dan tekstur yang dihasilkan
dapat lebih baik dan segar. Almubarok (http://loetfie.blogspot.com/2009/12/abon-sapi.html, diunduh pada
18 September 2014, pukul 19.02 WIB) menyatakan, peran santan sangat penting
baik sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa , flavour dan perbaikan
tekstur bahan pangan hasil olahan. Santan dengan suhu yang tinggi akan
menyebabkan santan bersifat volatil dan menimbulkan bau yang enak.
c.
Minyak
goreng
Dalam proses
penggorengan abon ikan ini digunakan minyak secukupnya. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada
18 September 2014, pukul 19.13 WIB) menyatakan,
“Minyak
goreng berfungsi untuk memperbaiki tekstur fisik bahan pangan dan sebagai
penghantar panas sehingga proses pemanasan menjadi lebih efisien dibanding
proses pemanggangan dan perebusan. Proses penggorengan juga dapat meningkatkan
cita rasa, kandungan gizi dan daya awet serta menambah nilai kalori bahan
pangan.”
d.
Gula
merah
Dalam pembuatan
abon ikan gabus ini digunakan gula merah secukupnya. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada
18 September 2014, pukul 19.19 WIB) menyatakan, fungsi penggunanaan gula adalah
sebagai bahan pemanis dan juga sebagai pemberi warna karamel (kecoklatan). Gula
mempunyai rasa yang manis dan sedikit asam yang disebabkan oleh kandungan
asam-asam organik didalamnya.
e.
Daun
salam
Digunakan 3
lembar daun salam dalam proses pembuatan abon ikan gabus ini. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada
18 September 2014, pukul 19.24 WIB) menyatakan, daun salam digunakan sebagai
rempah pengharum masakan karena aroma yang dihasilkan oleh komponen volatil
yang dikandungnya. Rempah ini memberikan aroma herbal yang khas namun tidak
keras.
f.
Kunyit
Dalam proses
pembuatan abon ikan gabus ini ditambahkan kunyit kira-kira satu ruas jari atau
±1cm. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/
2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.30
WIB) menyatakan, fungsi penambahan kunyit dalam pembuatan abon ikan yaitu
selain sebagai bumbu dan pewarna juga sebagai antioksidan alami.
g.
Garam
Garam yang
digunakan dalam pembuatan abon ikan gabus ini secukupnya dan garam yang
digunakan adalah garam halus. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada
18 September 2014, pukul 19.35 WIB) menyatakan, dalam bahan pangan ditambahkan
garam sebagai penegas cita rasa dan berfungsi sebagai pengawet. Garam sebagai
bahan pengawet karena kemampuannya untuk menarik air keluar dari jaringan
Bahan bumbu :
a.
Kemiri
Kemiri digunakan 3 buah dalam
pembuatan bumbu untuk abon ikan ini. Kemiri merupakan bumbu dapur yang sering
digunakan dalam memasak. Kemiri berfungsi menambahkan rasa gemuk dalam
masakan/makanan.
b.
Ketumbar
Almubarok (http://loetfie.blogspot.com/2009/12/abon-sapi.html, diunduh pada
18 September 2014, pukul 19.39 WIB) menyatakan, ketumbar adalah rempah ` kering
berbentuk bulat dan berwarna kuning kecoklatan, memiliki rasa gurih dan manis,
berbau harum, dan dapat membangkitkan kesan sedap dimulut. Ketumbar mempunyai
aroma rempah – rempah dan terasa pedas.
Ketumbar
yang digunakan dalam pembuatan abon ikan ini sebanyak satu sendok makan. Ulfah
(http://adelaidearsenal.blogspot.com/
2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.43
WIB) menyatakan, manfaat ketumbar adalah untuk menghilangkan bau anyir, menimbulkan
bau sedap, menimbulkan rasa pedas yang gurih dan menyedapkan makanan.
c.
Cabai
rawit dan cabai merah
Ditambahkan
cabai rawit dalam bumbu untuk abon ikan gabus ini sebanyak 3 buah dan cabai
merah sebanyak 1 buah. Penambahan cabai ini bertujuan agar abon yang dibuat
mempunyai rasa pedas.
d.
Bawang
putih
Dalam
pembuatan abon ikan gabus ini digunakan bawang putih sebanyak 3 siung bawang
putih. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/
2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada 18 September 2014, pukul 19.55
WIB) menyatakan, bawang putih ialah bahan alami yang ditambahkan ke dalam bahan
makanan sehingga diperoleh aroma khas guna meningkatkan selera makan. Bawang
putih memiliki zat kimia salah satunya berupa allicin yang berperan
memberi aroma bawang putih dan bersifat antibakteri.
e.
Bawang
merah
Dalam pembuatan
abon ikan gabus ini digunakan bawang putih sebanyak 4 siung bawang merah. Ulfah
(http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/
jurnal-abon-ikan.html,
diunduh pada 18 September 2014, pukul 20.08 WIB) menyatakan, bawang merah berfungsi
sebagai bahan pengawet makanan dan aromanya kuat. Karakteristik bau dari bawang
merah dipengaruhi oleh kandungan minyak volatil yang sebagian besar terdiri
dari komponen sulfur.
Bahan hiasan :
a.
1
buah tomat
b.
1
buah timun
c.
Daun
seledri
3. Metode
Kerja
1. Bersihkan
daging ikan gabus dan pisahkan daging ikan dari tulang/duri, kemudian cuci
hingga bersih.
2. Potong
kecil daging ikan gabus atau disuir dengan menggunakan sendok.
3. Panaskan
air dalam panci.
4. Masukan
daging ikan gabus lalu rebus selama 20-30 menit hingga matang dan empuk.
5. Pres
atau tiriskan daging ikan gabus yang sudah matang.
6. Tumbuk
atau haluskan perlahan daging ikan gabus yang sudah ditiriskan dengan
menggunakan sendok.
7. Setelah
daging ikan telah halus, daging dapat langsung digunakan atau dapat disimpan
dahulu dalam lemari es.
8. Campurkan
bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, cabai merah, cabai rawit dan
garam lalu blender/giling hingga halus dan tercampur rata.
9. Setelah
daging ikan dan bumbu untuk abon siap, siapkan bahan lainnya juga seperti gula
merah, santan, daun salam, kunyit serta minyak.
10. Panaskan
minyak secukupnya lalu tumis bumbu abon yang telah dibuat sebelumnya.
11. Aduk
campuran bumbu tersebut hingga mendidih.
12. Masukan
santan kelapa dan aduk bersama dengan bumbu hingga mendidih.
13. Masukan
gula merah, lalu kunyit ke dalam campuran bumbu dan santan yang telah dimasak
dan aduk rata.
14. Masukan
daging ikan gabus yang telah dihaluskan sebelumnya, lalu aduk terus menerus hingga daging ikan gabus tercampur
dengan bumbu.
15. Goreng
abon dengan api kecil sambil diaduk hingga tekstur abon kering, lembut, dan
berserat daging ikan.
16. Abon
yang sudah masak, siap dihidangkan dengan makanan lain salah satunya seperti
nasi. Abon dihidangkan di atas piring saji yang dapat dihias dengan tomat,
timun, dan daun seledri.
4.
Penentuan
Standar Proses
a.
Penyiangan/Pembersihan
Ikan
Ikan gabus dibersihkan dengan cara
membuang isi perutnya, dipisahkan dari tulangnya, lalu dicuci dengan air bersih
dan dengan air mengalir. Suhirman (http://suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/07/
pengolahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada 18 September 2014, pukul 20.24 WIB)
menyatakan, dalam proses pencucian, harus dilakukan dalam keadaan air mengalir
dan tidak boleh dalam keadaan air yang tergenang agar kotoran tidak kembali
kepada bahan.
b.
Perebusan
Sebelum proses perebusan, ikan dipotong
atau disuir dagingnya dengan menggunakan sendok lalu direbus dengan air bersih
secukupnya. Suhirman (http://suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/07/
pengolahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada 18 September 2014, pukul 20.29 WIB)
menyatakan, syarat fisik air yang berkualitas adalah jernih atau tidak keruh,
tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, tidak mengandung zat padatan.
Suhirman (http://suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/07/peng
olahan-abon-ikan.pdf,
diunduh pada 18 September 2014, pukul 20.32 WIB) menyatakan, perebusan ini
dilakukan dengan tujuan agar daging ikan matang dan bakteri yang ada pada
daging ikan akan mati dan aman untuk dikonsumsi.
c.
Pemberian
Bumbu
Bumbu yang telah dicampurkan dan
dihaluskan sebelumnya ditumis dengan minyak secukupnya sampai mendidih dan
mengeluarkan bau harum dari bumbu-bumbu, lalu kemudian dicampurkan dengan
santan, gula merah dan kunyit. Semua bumbu abon dimasak bersamaan hingga
mendidih lalu daging ikan dimasukan kedalam bumbu.
Tujuan dari pemberian bumbu ini yaitu
agar abon yang dibuat mempunyai rasa, warna, tekstur dan aroma yang diharapkan.
d.
Penggorengan
Abon
Abon
yang telah di campurkan dengan bumbu lainnya sebelumnya, diaduk terus menerus
hingga tekstur abon kering, berserat daging, lembut dan bumbu yang telah
dicampurkan dapat meresap pada daging ikan.
V.
Analisa
Proses
Pengolahan daging ikan menjadi abon
merupakan salah satu cara pengawetan pada daging ikan tersebut agar masa simpan
dan kualitas dari daging ikan menjadi semakin lama. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/jurnal-abon-ikan.html, diunduh pada
19 September 2014, pukul 18.28 WIB) menyatakan, abon merupakan salah satu jenis
makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau, ikan laut) yang disuwir-suwir
dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya. Kemudian ditambahkan
dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng.
Dalam pembuatan abon ikan gabus ini,
pertama-tama ikan yang telah dibeli dibersihkan dari kotoran. Masyamsir (http://www.academia.edu/6262476/
Sortasi_grading_dan_membersihkan_hasil_perikanan, diunduh pada
19 September 2014, pukul 18.43 WIB) menyatakan,
“Pembersihan hasil perikanan
bertujuan menghilangkan sebagian besar mikroba yang yang terdapat pada tubuh
ikan. Pembersihan dilakukan dari sisik, insang dan isi perut yang harus
dibersihkan terlebih dahulu baru dilakukan pembelahan sepanjang garis punggung
ke arah perut (tetapi jangan sampai terbelah dua) agar dagingnya tidak terlalu
tebal. Isi perut dikeluarkan dengan cara menarik insang secara perlahan-lahan
hingga seluruh isi perut dapat ditarik melalui rongga insang.”
Selain itu, ikan juga dipisahkan daging
dan tulangnya. Tujuannya agar pada saat diolah, abon yang dihasilkan dapat
bertekstur lembut dan nyaman pada saat dimakan. Pada saat pencucian ikan juga
dicuci dengan air yang mengalir. Suhirman (http://
suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/07/pengolahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada
19 September 2014, pukul 18.48 WIB) menyatakan, dalam proses pencucian, harus
dilakukan dalam keadaan air mengalir dan tidak boleh dalam keadaan air yang
tergenang agar kotoran tidak kembali kepada bahan.
Setelah proses pembersihan selesai, ikan
disuir dagingnya dengan mengunakan sendok makan. Daging ikan disuir hingga
berukuran kecil. Kemudian daging direbus dalam air mendidih, kira-kira selama
8-10 menit. Suhirman (http://suhirman
tphpi.files.wordpress.com/2012/07/pengolahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada
19 September 2014, pukul 19.03 WIB) menyatakan, perebusan ini dilakukan dengan
tujuan agar daging ikan matang dan bakteri yang ada pada daging ikan akan mati
dan aman untuk dikonsumsi.
Daging ikan yang telah direbus dapat
ditiriskan. Proses perebuasan menyebabkan tekstur daging ikan menjadi lunak.
Daging ikan yang telah direbus dapat dihaluskan lagi dengan menekan-nekan
daging menggunakan sendok makan. Tujuannya agar daging ikan menjadi semakin
halus dan tekstur daging ikan yang halus dapat berpengaruh pada tekstur abon
yang dihasilkan nantinya. Abon ikan umumnya bertekstur lembut dan tidak
menggumpal. Tekstur pada makanan menjadi salah satu parameter dari konsumen
dalam memilih makanan.
Daging ikan
sebagai bahan utama pembuatan abon telah disiapkan. Selanjutnya, bumbu-bumbu
yang dipakai dalam pembuatan abon juga dibuat dengan mencampurkan dan
menghaluskan semua bahan untuk bumbu seperti bawang putih, bawang merah, cabai
rawit, cabai merah, kemiri dan ketumbar. Bumbu campuran ini kemudian ditumis
bersamaan dengan santan, gula merah, dan kunyit. Pemakaian santan bertujuan
agar rasa yang dihasilkan gurih dan enak. Sedangkan untuk warna pada abon
digunakan kunyit yang akan menghasilkan warna kuning keemasan dan digunakan
juga gula merah untuk membuat abon berwarna kecoklatan. Selain bertujuan untuk
menghasilkan warna pada abon, gula merah juga berperan dalam rasa abon seperti
rasa manis dan sedikit asam yang terdapat dalam gula merah. Untuk aroma pada
abon, pada saat campuran bumbu, santan, gula merah dan kunyit ditumis
ditambahkan juga daun salam. Ulfah (http://adelaidearsenal.blogspot.com/2012/12/
jurnal-abon-ikan.html,
diunduh pada 19 September 2014, pukul 19.29 WIB) menyatakan, daun salam
digunakan sebagai rempah pengharum masakan karena aroma yang dihasilkan oleh
komponen volatil yang dikandungnya. Rempah ini memberikan aroma herbal yang
khas namun tidak keras.
Setelah semua bumbu dicampurkan dan
dimasak, kemudian ditambahkan daging ikan ke dalamnya. Tujuan dari pencampuran
bumbu dengan daging ikan ini yaitu agar abon yang dibuat mempunyai rasa, warna,
tekstur dan aroma dari bumbu-bumbu tersebut.
Proses yang paling penting dalam
pembuatan abon ini yaitu pada proses penggorengan. Dalam proses ini abon diaduk
terus menerus dengan api kompor yang kecil. Kadar air bebas (Aw) dalam daging
ikan dan bumbu lama kelamaan akan berkurang sampai akhirnya abon akan mengering
dan bertekstur lembut (tetapi tidak lembek). Suhirman (http://
suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/07/pengolahan-abon-ikan.pdf, diunduh pada
19 September 2014, pukul 20.24 WIB) menyatakan,
“Daging ikan yang telah dicampur dengan bumbu
kemudian digoreng dengan minyak atau tanpa minyak, sambil selalu diaduk-aduk
supaya tidak hangus dan agar diperoleh abon yang kering dan renyah.
Penggorengan dihentikan ketika abon telah berwarna kuning kecoklatan. Setelah
kering angkat dan tiriskan/dinginkan.”
Abon yang telah jadi menghasilkan rasa
yang gurih, rasa khas ikan gabus yang digunakan dalam pembuatan abon ini dan
rasa yang ditimbulkan akibat dari pencampuran dengan bumbu-bumbu lainnya.
Sedangkan tekstur, didapatkan tekstur yang renyah, lembut, dan tidak bergumpal.
Dari sisi warna, warna pada abon ikan gabus ini yaitu coklat keemasan. Warna coklat keemasan timbul dari pengaruh kunyit, gula
merah maupun akibat reaksi maillard yang timbul saat penggorengan. Dan yang
terakhir aroma dari abon. Aroma yang dihasilkan dari abon ikan ini ialah
beraroma khas bumbu serta ikan gabus yang digunakan pada pembuatan abon. Abon yang
telah jadi dapat dinikmati dengan dimakan bersama nasi atau dapat dijadikan isi
roti dan dapat dimakan dengan cara lain sesuai selera kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar